Free Blue Glitter Busy Cursors at www.totallyfreecursors.com
Regiena Dwi Sinta (Ice^_^Red): 2011

Selasa, 27 Desember 2011

Media Pembelajaran


MAGIC DISC MATEMATIKA

Nama Media               : Magic Disc Matematika
Mata Pelajaran            : Matematika
Kelas/Semester            : 6 (Enam)/1
Alat dan Bahan           :
Ø  1 lembar kertas hardpleks
Ø  3 lembar kertas asturo beda warna
Ø  Gunting
Ø  Spidol
Ø  Penggaris
Ø  Paku payung
Ø  Cutter
Ø  Jangka
Ø  Doubletip
Ø  Tang
Ø  6 kardus kecil
A.    Proses Pembuatan
1.       Buatlah gambar lingkaran besar dan kecil di kertas hardpleks dengan diameter masing-masing 40 cm dan 20 cm menggunakan jangka.
2.      Gunting lingkaran yang telah dibuat tadi dengan rapi.
3.      Di dalam lingkaran besar, buatlah lingkaran kecil dengan diameter 20 cm kemudian tempelkan kertas putih untuk melapisinya.
4.      Lingkaran lainnya yang berdiameter 20 cm, atasnya dilapisi dengan kertas asturo berwarna merah yang telah diukur sebelumnya.
5.      Buatlah gambar enam bangun datar yang berbeda dengan kertas asturo yang berbeda warna. Bangun datar tersebut yaitu lingkaran, persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang, dan trapesium.
6.      Lingkaran besar dibagi menjadi 6 bagian dengan besar sudut yang sama
7.      Tempelkan masing-masing bangun datar pada setiap bagian yang telah dibuat pada lingkaran besar.
8.      Tulislah masing-masing rumus luas dan keliling dari masing-masing bangun datar tadi pada lingkaran kecil berlapis putih yang berada di dalam lingkaran besar.
9.      Pada lingkaran kecil yang telah dilapisi kertas berwarna merah, buatlah dua lubang untuk menunjukkan rumus luas dan keliling yang telah ditulis pada lingkaran yang berlapis putih tadi. Pastikan sebelumnya diukur secara teliti agar setelah dipasangkan lubang tadi mengarah tepat pada rumus dan menunjukkan bangun datar yang sesuai dengan rumusnya.
10.  Setelah dipastikan semuanya pada posisi yang tepat, pasang lingkaran kecil yang berwarna merah tadi di atas linkaran besar dengan menggunakan paku payung yang dipasang tepat di tengah-tengah kedua lingkaran tersebut. Pastikan pemasangan kedua lingkaran tersebut tidak terlalu rapat sehingga memungkinkan lingkaran kecil mampu diputar-putar seperti piringan disc.

B.     Penggunaan Media
Magic disc matematika digunakan untuk membantu pembelajaran matematika materi bangun datar di kelas enam semester satu. Siswa kelas enam dirasa masih mengalami kesulitan dalam mengingat rumus beberapa bangun datar. Oleh karena itu kami membuat sebuah media dalam rangka membantu siswa dalam mengingat rumus beberapa bangun datar. Media ini berbentuk piringan disc yang dibuat semenarik mungkin dengan menampilkan gambar bangun datar disertai rumus luas dan kelilingnya. Saat siswa memutar bagian atas piringan disc, jika tanda panah mengarah pada salah satu gambar bangun datar maka secara otomatis rumus luas dan keliling dari bangun datar tersebut akan muncul. Dengan cara ini diharapkan siswa akan lebih mudah mengingat rumus bangun datar

C.     Perawatan Media
Sebagian besar bahan media ini menggunakan kertas yang sangat mudah rusak atau tidak tahan lama. Oleh karena itu, diharapkan media ini jangan sampai terkena air atau bahan cair lainnya. Selain itu, diharapkan dalam memutar piringan disc bagian atas jangan terlalu kencang karena pemasangan lingkaran kecil dengan lingkaran besar hanya menggunakan paku payung. Selanjutnya jika media terkena debu, cukup dibersihkan dengan lap kering dan hindarkan menggunakan lap basah

D.    Langkah kerja
Kegiatan awal
·         Guru mengucapkan salam dan memasuki ruang kelas.
·         Guru menanyakan apa ada siswa yang tidak masuk.
·         Guru melakukan apersepsi
Kegiatan inti
·         Guru mengingatkan kembali tentang bangun datar.
·         Guru menjelaskan menjelaskan salah satu bangun datar (trapesium).
·          Dengan menggunakan media guru menjelaskan rumus luas dan keliling trapesium.
Kegiatan akhir
·         Guru mengadakan refleksi mengenai proses belajar.
·         Guru meminta beberapa anak maju untuk menjawab pertanyaan yang dipilih menggunakan media
·         Siswa maju dan memilih soal menggunakan media kemudian menjawabnya.




Minggu, 25 Desember 2011

Analisis Teoritis dan Praktis Program BK di SD

 



Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Bapak Encep Sudibjo,S.Pd., M.Pd. Dosen Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling


Oleh :
Regiena Dwi Sinta
1003863 / 10
Kelas 2B
Semester 3


PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2011



KATA PENGANTAR


            Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
            Pada kesempatan kali ini penulis akan  membahas mengenai Program Bimbingan dan Konseling serta masalah-masalah belajar yang dialami di Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Sumedang.  Tugas ini dibuat sebagai tugas individu berupa observasi langsung ke SD, yang kemudian dikemas dalam bentuk makalah yang ditugaskan oleh dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling semester 3. Makalah ini berisi tentang pemaparan mengenai peranan program BK di SD serta masalah-masalah belajar yang dialami anak SD khususnya di SDN Jatihurip, Kab. Sumedang.
            Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Encep Sudibjo, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen Bimbingan dan Konseling yang telah membimbing penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan, walaupun di dalam pembuatannya masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna . Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Sumedang,  Desember 2011

Penulis

DAFTAR ISI








BAB I

 PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan dasar yang ditempuh seseorang sebelum melanjutkan ke jenjang SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Masa keemasan tugas-tugas perkembangan anak dialami ketika usia sekolah dasar, antara 6-13 tahun, dimana anak masih berfikir secara utuh ( holistik ), namun pada masa ini juga anak harus sudah mampu merencanakan dan mengembangkan potensi-potensi yang ia miliki dan ia minati. Disinilah dibutuhkan peran guru di Sekolah Dasar sebagai tempat anak mendapatkan ilmu harus mampu mengembangkan dan membimbing segala potensi yang dimiliki anak, termasuk masalah-masalah yang muncul yang dihadapi anak, karena peran orang tua saja tidak cukup untuk mengembangkan potensi anak. Maka dari itu, peranan Layanan Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan keberadaannya di SD.
Namun pada kenyataannya, BK sering disalah artikan oleh sebagian pihak sekolah dasar terutama guru dan kepala sekolahnya, BK sering diartikan hanya untuk mengatasi anak-anak yang bermasalah saja, seperti kenakalan, bolos sekolah dsb. Disini guru terlihat bersifat pasif, dalam artian tidak tanggap terhadap perkembangan diri si anak, guru cenderung menunggu datangnya masalah anak. Padahal layanan bimbingan dan konseling tidak diperuntukan untuk hal tersebut saja, tepati juga untuk mengetahui masalah akademik anak,seperti prestasinya, minat dan bakat siswa dsb. 
Apabila keadaan tersebut terus dibiarkan maka, perkembangan pribadi anak tidak akan optimal, karena guru disini tidak mengoptimalkan perkembangan tersebut. Dan program BK si SD pun hanya sebagai layanan bimbingan yang berfungsi sebagai layanan perbaikan (kuratif). Padahal program BK harus mampu mengembangkan sejumlah fungsi Bimbingan, diantaranya, fungsi pencegahan (preventif), peerbaikan (kuratif), pengembangan (development) dan fungsi pemahaman (informatif).
Dengan demikian program BK di Sekolah Dasar harus berjalan sesuai dengan peranan dan fungsinya, karena memiliki kedudukan yang sangat pentingbagi perkembangan anak. Itulah yang membuat penulis ingin meneliti program Bimbingan dan Konseling SD yang ada di Kabupaten Sumedang, khususnya SD Negeri Jatihurip.

B.     Rumusan Masalah

Permasalahan yang dapat kita ambil adalah :
1.      Bagaimana keterlaksanaan program BK di SD yang ada di Kabupaten Sumedang, khususnya di SDN Jatihurip?
2.      Mengingat terdapat jenis-jenis masalah belajar, masalah-masalah belajar apakah yang timbul di SDN Jatihurip?
3.      Berdasarkan program BK yang ada di SD tersebut. Bagaimana program tersebut mampu mengatasi masalah belajar yang muncul?

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah :
1.      Untuk mengidentifikasi pentingnya peranan BK di Sekolah Dasar.
2.      Untuk memperoleh gambaran tentang keterlaksanaan dan peranan BK di SDN Jatihurip dalam mengatasi masalah-masalah belajar.

D.    Metode dan Teknik Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Adapun yang dimaksud metode deskriptif adalah memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Data yang diperoleh mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian dianalisa.
Adapun teknik yang digunakan adalah :
1.      Observasi langsung, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pihak SD Negeri Jatihurip yaitu kepada Kepala Sekolah, Wali Kelas dan murid kelas V.
2.      Studi pustaka, yaitu mencari data penunjang dengan mengumpulkan data / fakta menggunakan buku.


E.     Sistematika Penulisan

Dalam menyusun makalah ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN meliputi, Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode dan Teknik Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI meliputi, Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling, Struktur Program BK di SD dan Masalah-Masalah Belajar.
BAB III PEMBAHASAN meliputi Keterlaksanaan Program BK di SD, Masalah-Masalah Belajar yang Muncul, dan Peranan Program BK dalam Mengatasi Masalah-masalah Belajar di SD.
BAB IV PENUTUP meliputi Kesimpulan dan Saran.

BAB II

LANDASAN TEORI


A.    KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah No.28/1990 tentang Pendidikan Dasar, Pasal 25 Ayat 1, dikatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.Sehingga dapat diartikan bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis kepada individu agar tercapai kemampuan-kemampuan self understanding (memahami diri), self accepment (menerima diri), self Direction (mengarahkan diri) dan self realized (merealisasi diri).
Sedangkan pengertian Konseling menurut Frank Person, diartikan sebagai kegiatan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri masalah-masalah yang dihadapinya. Dapat diartikan pula bahwa Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Dengan demikian kita dapat ketahui bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling adalah proses pelayanan bantuan yang diberikan oleh tenaga ahli (konselor) kepada individu yang memiliki masalah (klien) untuk mengatasi masalah-masalah yang dialaminya, agar masalah yang dihadapi dapat teratasi.
( Mulyadi : 4-5 )

2.      Tujuan dan Fungsi BK di Sekolah

Tujuan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Maka secara khusus tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
( Mulyadi : 7 )
Bimbingan memiliki sejumlah Fungsi Layanan BK di SD. Menurut Aquino dan Alvier ( thanyawi, 1995 : 39 ) terdapat tiga fungsi, diantaranya :
1.      Fungsi Pencegahan ( preventif )
Adalah bantuan yang diberikan kepada murid, bertujuan agar murid terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.
2.      Fungsi Pengembangan ( developmental )
Adalah pelayanan yang diberikan dengan tujuan dapat membantu murid mengembangkan keseluruhan potensinya dengan terarah dan mantap.
3.      Fungsi Perbaikan ( kuratif )
Adalah layanan yang membantu murid untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik di lingkungan sekolah maupin di lingkungan luar sekolah.
Ada satu fungsi lagi menurut Prayitno dalam petunjuk pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kurikulum 1994 ( 1998 : 25 ) yaitu :
Fungsi Pemahaman ( Informatif ), yang merupakan fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan murid.

3.      Pendekatan dalam Bimbingan Konseling serta Peranan Guru Pembimbing di SD

Menurut Myrick dalam Muro & Kotman, 1995 yang diperjelas kembali oleh Sunaryo Kartadinata ( 1998 : 15) dan Ahman ( 2005 : 11-34) mengemukakan empat pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
a.       Pendekatan krisis, dalam pendekatan ini pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan ia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisi itu. Tehnik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah tehnik-tehnik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis itu.
b.      Pendekatan remedial, dalam pendekatan ini guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak.
c.       Pendekatan perventif, dalam pendekatan ini mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu. Berbagai tehnik dapat digunakan dalam pendekatan ini termasuk mengajar dan memberikan informasi.
d.      Pendekatan perkembangan, pendekatan ini memberikan perhatian pada tahap-tahap perkembangan siswa, kebutuhan dan minat serta membantu siswa mempelajari keterampilan hidup. Pendekatan perkembangan ini dianggap sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan sekolah.

Dalam SK Menpan No.83/1993 ditegaskan bahwa :
Selain tugas utama mengajar, guru SD ditambah dengan melaksanakan program bimbingan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Guru kelas harus mampu mengidentifikasi kebutuhan siswa, penasehat utama bagi siswa dan guru harus memonitor siswa dalam belajar dan bekerjasama dengan orang tua untuk keberhasilannya.

B.     STRUKTUR PROGRAM BK DI SD

1.      Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Ada empat layanan utama dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu :
a.       Layanan Dasar Bimbingan, yaitu layanan yang membantu para murid mengembangkan prilaku efektif dan keterampilan dasar untuk kehidupan yang mengacu kepada tugas-tugas perkembangan murid.
b.      Layanan Responsif, yaitu layanan yang diarahkan untuk membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada saat itu, berkenaan dengan masalah sosial, pribadi, karir dan masalah perkembangan pendidikan.
c.       Layanan  Perencanaan Individual, yaitu layanan yang dimaksudkan untuk membantu murid mengembangkan dan mengimplementasikan rencana pendidikan, karir, dan pribadi.
d.      Layanan Komponen Dukungan Sistem, yaitu komponen yang berkaitan dengan aspek manajerial yang mencakup antara lain perkembangan program, perkembangan staf, alokasi dana dan fasilitas, kerjasama dengan orang tua dan sumber lainnya, riset dan perkembangan. Komponen ini lebih diarahkan pada pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang bermanfaat bagi siswa.
(Setiawati : 27-29)

2.      Visi & Misi Bimbingan Konseling di SD

Menurut Buku Pedoman Bimbingan dan Konseling Kurikulum 2004 menyatakan tentang visi dan misi BK di SD yaitu :
a.       Visi Bimbingan dan Konseling di SD adalah mewujudkan kepribadian anak yang berbudi luhur, mandiri, sehat, bahagia, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
b.      Misi Bimbingan dan Konseling di SD adalah memberikan pelayanan bantuan agar anak berkehidupan secara efektif, mandiri dan berkembang optimal, melalui berbagai kompetensi yang dmilikinya melalui pengenalan diri, pemahaman lingkungan, pengambilan keputusan dalam rangka merencanakan masa depan.

3.      Program Bimbingan dan Konseling

Menurut Buku Pedoman Bimbingan dan Konseling Kurikulum 2004 menyatakan tentang program BK di SD yaitu :
a.       Program BK di Sekolah yang perlu disusun adalah program tahunan yang mencakup program smesteran dan bulanan, program bulanan yang mencakup program mingguan yang selanjutnya dijabarkan menjadi program harian.
b.      Unsur-unsur program BK meliputi kebutuhan siswa, jumlah siswa yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing, bidang-bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan mendukung, volume dan frekuensi layanan, serta waktu (kapan dan lamanya) kegiatan.
c.       Tahap-tahap pelaksanaan program adalah tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis hasil penilaian, laporan, dan tindak lanjut.
Untuk program-program yang lebih luas, yaitu program bulanan, smesteran dan tahunan, penilaian dan tindak lanjutnya dilakukan bersama Kepala Sekolah. Bersama Kepala Sekolah, seluruh guru kelas di Sekolah itu melihat dan mempertimbangkan secara menyeluruh segenap program dan pelaksanaannya dalam kurun waktu tertentu untuk selanjutnya diadakan perbaikan dan penyempurnaan. Jika dimungkinkan pengawas SD dapat diikutsertakan dalam kegiatan dan tindak lanjut yang lebih luas itu.
( NN : 403-418 )

C.    MASALAH-MASALAH BELAJAR

1.      Jenis-jenis Masalah Belajar  

Masalah belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid yang menghambat kelancaran proses belajarnya, baik murid yang lambat dalam belajar,maupun murid yang cerdas. Maka dari itu jenis-jenis masalah belajar di SD dapat dikelompokan kepada murid-murid yang mengalami :
a.       Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkan secara optimal
b.      Keterlambatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memmiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
c.       Sangat ambat dalam belajar, keadaan murid yang memiliki bakat yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
d.      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
e.       Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya, dsb.
f.       Sering tidak sekolah, yaitu murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama,sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.

2.      Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar

Pada garis besar, sebab-sebab timbulnya masalah belajar siswa dikelompokan dalam dua kategori yaitu :
a.       Faktor-faktor internal, faktor-faktor yang ada pada diri murid itu sendiri, seperti gangguan secara fisik, kelemahan-kelemahan secara mental, kelemahan emosional, kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang  tidak diperlukan.
b.      Faktor-faktor eksternal, faktor-faktor yang timbil dari lur diri individu (situasi sekolah dan masyarakat) diantaranya kurikulum yang seragam, terlalu berat beban belajar siswa atau mengajar guru, terlalu besar proporsi siswa dalam kelas, terlalu sering pindah sekolah atau program, terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah, kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga.  


BAB III

 PEMBAHASAN

A.    Keterlaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 dan 12 November 2011 di SDN Jatihurip, Kecamatan Sumedang Utara,  Kabupaten Sumedang, tentang keterlaksanaan program BK di Sekolah tersebut diperoleh data bahwa menurut Kepala Sekolah SD tersebut, Sekolah tidak memiliki Program Bimbingan dan Konselling, ini disebabkan karena tidak adanya program BK khusus yang diberikan dari Dinas Pendidikan Kab.Sumedang kepada Sekolah tersebut. Padahal dilihat dari pengertian serta jenis-jenis layanan BK, program Bimbingan dan Konseling harus ada dan sudah berjalan dengan baik di Sekolah Dasar, karena program ini sangat diperlukan di SD sebagai Layanan untuk menghadapi masalah-masalah belajar anak dan untuk mengembangkan tugas-tugas perkembangan anak.
Kemudian menurut Bapak Yuyus Nugraha,S.pd. Kepala Sekolah SDN Jatihurip, beliau berkata “ Program BK disini dibuat sendiri oleh guru kelas masing-masing, karena dari dinasnya sendiri tidak ada, dan menurut saya BK itu harus memiliki tenaga khusus Bimbingan dan Konseling, tapi kenyataannya di SD tidak ada.” Dari pernyataan tersebut, kemudian wawancara dilanjutkan bersama salah satu guru, wali kelas murid kelas 6 bernama Ibu Lilis, menurut keterangan yang didapat Program BK di sekolah ini hanya dilakukan dengan cara mencatat permasalahan yang ada dan dicatat di “Buku Catatan Bimbingan dan Penyuluhan” dan ketika dilihat buku catatan itu masih kosong, namun sudah ditandatangani Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Menurutnya “ Kebetulan keadaan normal jadi tidak dimasukan ke agenda, berbeda dengan tahun lalu, ada anak yang bermasalah agenda pun terisi, dan buku agenda ini diganti per tahunnya”, ujar Bu Lilis.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa guru mencatat ketika terjadi masalah anak, dan kebanyakan guru hanya menangani masalah kenakalan. Ini berarti guru hanya menggunakan pendekatan krisis dalam bimbingan , yaitu pembimbing menunggu munculnya suatu krisis dan ia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisi itu. Padahal seharusnya guru menggunakan pendekatan perkembangan dalam proses bimbingan kepada anak, karena dalam pendekatan ini, ketiga pendekatan lainpun, seperti pendekatan remedial, krisis dan preventif akan tercakup, sehingga upaya bantuan yang diberikan terarah kepada pengembangan seluruh aspek perkembangan yang mencakup pribadi, sosial, akademik dan karir
Melihat hasil wawancara di atas, keterlaksanaan program Bimbingan dan Konseling di SDN Jatihurip belum terlaksana dengan baik, karena tidak adanya program BK khusus dari Dinas. Disini juga guru hanya melakukan pelayanan bk dari fungsi kuratif (perbaikan) saja, seharusnya guru mampu mengembangkan keempat fungsi lainnya yaitu fungsi preventif (pencegahan), development (pengembangan) dan informatif  (pemahaman), agar anak pelayanan BK dapat terwujud dengan baik dalam membimbing keadaan para murid.

B.     Masalah-Masalah Belajar yang ada di SD

Setelah melakukan wawancara dengan wali kelas murid kelas 5 A SDN Jatihurip yaitu Ibu Uun Untiwati, diperoleh beberapa masalah belajar seperti anak yang bolos sekolah tetapi kelihatan ada bermain saja, anak nakal, pendiam, pasif, aktif, masih banyak yang belum hafal materi pelajaran padahal sudah kelas 5, ruang kelas yang kekurangan dan terdapat masalah dari orang tua yang suka membanding-bandingkan anaknya.
Menurut bu Uun, masalah-masalah tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai hal, menurutnya “ Ada anak yang jarang sekolah, dia anak laki-laki jarang sekali seklah, tetapi menurut temannya dia selalu ada bermain,dan setelah ditelusuri dan ditangani ternyata anak itu mengalami masalah di keluarganya, terdapat KDRT yang dilakukan oleh ayahnya, anak itu dari keluarga keturunan batak, non muslim, kemudian ada anak yang pendiam dan akademiknya pun kurang, setelah orang tuanya dipanggil, memang orang tuanya memiliki masalah perekonomian dan pendidikan orang tua yang kurang. Berbeda dengan anak yang pandai itu memang keadaan orang tuanya pun baik.”
Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa banyak masalah-masalah belajar yang dialami siswa kelas 5 A, dan guru tersebut sudah mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut dimulai dari menghukum dan memberikan tugas tambahan kepada anak, memanggil orang tua siswa yang bersangkutan, melakukan pendekatan, bimbingan dan solusi kepada anak dan orang tuanya sampai merundingkan masalah anak bersama guru-guru yang lain dan kepala sekolah jika masalahnya susah ditangani sendiri. Dari hasil tindakan yang dilakukan, anak yang mengalami masalah ada yang mengalami perubahan dan ada pula yang tidak mengalami perubahan.
Masalah juga muncul dari hasil jawaban para murid yang diberikan angket oleh penulis,yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan murid dalam menerima materi pelajaran, dan bagaimana cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Dari data tersebut diketahui, para murid yang menyukai mata pelajaran itu dikarenakan materinya mudah dimengerti, sedangkan untuk  mata pelajaran yang kurang disukai, dikarenakan pelajarannya itu sulit dan tidak dimengerti. Dalam hal ini diperlukan keterampilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar anak mudah memahaminya.
Memang terdapat banyak masalah-masalah belajar yang dihadapi anak, Faktor penyebab masalah tersebut berasal dari faktor internal dan eksternal. Namun di SDN Jatihurip ini anak-anak kelas 5 A kebanyakan mendapat masalah yang disebabkan oleh faktor eksternal. Tindakan yang sudah diambil guru pun sudah cukup baik, namun tetap saja tugas-tugas perkembangan anak belum berkembang dengan optimal.
Ada kesan dan harapan dari Ibu Uun selama mengajar di kelas 5 A, beliau berkata “ Yang Ibu harapkan anak-anak lulusan sini berhasil, membawa nama baik sekolah ini, dan kesannya pasti ada suka dan duka, ada juga marah, tapi ibu selalu senang karena bergelut dengan dunia anak itu menyenangkan.”

C.    Peranan Program BK dalam Mengatasi Masalah-Masalah Belajar

Sesuai  dengan data yang diperoleh dari hasil observasi, dapat diketahui bahwa program BK di SDN Jatihurip belum berjalan dengan baik, mengenai layanan bimbingan dan konseling di sekolah ini hanya dilaksanakan ketika ada anak yang mengalami masalah belajar pada jenis sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar serta anak yang sering tidak sekolah, dan dicatat ke dalam Buku Catatan Bimbingan dan Penyuluhan.
Masalah-masalah yang terjadi, baru dilakukan tindakan perbaikan  yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah serta orang tua, dalam artian dilakukan tindakan yang menggunakan pendekatan krisis dan remedial dan menurut guru dan kepala sekolah anak yang mengalami masalah setelah ditindak ada yang mengalami perubahan dan ada yang tidak mengalami perubahan.
Seharusnya masalah-masalah yang dihadapi anak itu harus diselesaikan dengan baik sesuai dengan tujuan serta pengertian dari Bimbingan dan Konseling itu sendiri. Karena tujuan Bimbingan dan Konseling di SD itu untuk mencapai tujuan-tujuan perkembangan pribadi siswa, maka  Bimbingan dan Konseling seharusnya mampu membimbing dan mengarahkan anak dalam memahami dirinya, menerima keadaan dirinya, mengarahkan dirinya hingga menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Sedangkan penanganan masalah-masalah belajar anak di SDN Jatihurip ini baru sebatas tindakan saja atau bisa dkatakan pihak sekolah hanya melakukan pendekatan krisis dan remedial,yaitu menunggu muncul masalah dan kemudian diperbaiki. Dengan demikian program bimbingan dan konseling di sekolah ini belum berperan aktif dalam mengatasi masalah-masalah belajar siswa dari berbagai jenis masalah, bukan hanya masalah belajar dari segi kebiasaan burukan siswa saja, tetapi juga masalah akademik siswa. Dan juga peran guru yang sesuai dengan SK Menpan yaitu, selain tugas utama guru adalah mengajar, guru juga harus mampu mengidentifikasi masalah siswa dan memonitor siswa dalam belajar dan bekerjasama dengan orang tua, belum terwujud dengan optimal.







BAB IV

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa, ketrlaksaan Program Bimbingan dan Konseling di SDN Jatihurip ternyata belum berjalan baik, itu disebabkan tidak adanya program khusus yang diberikan oleh Dinas Pendidikan setempat kepada sekolah tersebut. Pelaksanaannya dilakukan oleh setiap guru kelas dengan cara mencatat permasalahan anak pada Buku Catatan Bimbingan dan Penyuluhan. Dan guru terlihat masih bersikap pasif dalam menangani tugas-tugas perkembangan anak.
Seiring dengan masalah-masalah belajar yang muncul di sekolah tersebut, faktor-faktor yang banyak mempengaruhi masalah tersebut disebabkan oleh faktor eksternal. Pihak sekolah baru melakukan pendekatan krisis dan remedial saja. Sehingga  program BK di sekolah ini belum berperan aktif dalam mengatasi masalah-masalah belajar yang muncul dan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan anak.

B.     SARAN

Setelah melalukan observasi ini, diharapkan setiap sekolah dasar mampu memiliki program bimbingan dan konseling secara khusus, program BK juga harus sesuai dengan visi dan misi BK dengan visi dan misi sekolah dasar yang bersangkutan. Lalu program BK pun perlu disusun berdasarkan program tahunan, bulanan dan mingguan sehingga nantinya dapat diterapkan setiap harinya oleh guru kelas.
 Termasuk kepada Dinas Pendidikan kabupaten setempat harus mampu memvasilitasi segala kebutuhan pendidikan terutama sekolah dasar sebagai sekolah yang dimana seseorang mengalami masa keemasan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya untuk kehidupannya kelak. Dan alangkah lebih baiknya jika ada tenaga khusus BK yang diterjunkan langsung ke sekolah-sekolah dasar di Kabupaten Sumedang ini.
Dan penulis juga mengharapkan sebagai calon guru sekolah dasar harus mampu menjadi guru kelas sekaligus guru pembimbing yang mampu memonitor anak didiknya kelak dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan dan mengatasi masalah-masalah belajar yang dihadapinya.



DAFTAR PUSTAKA


Mulyadi, Agus. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdiknas.
NN. Kurikulum 2004 Pedoman Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.
Setiawati dan Chudari, Ima Ni’mah. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung : UPI Press.

LAMPIRAN

A.    Wawancara bersama guru wali kelas murid kelas 5A.
1.      Wawancara ke             : SDN Jatihurip, Kec.Sumedang Utara, Sumedang.
2.      Topik Pembahasan      : Masalah-masalah belajar yang dialami murid kelas
  5 SD
3.      Responden                  : Ibu Uun Untiwati
4.      Tanggal wawancara    : 5 November 2011
5.      Tempat                        : SDN Jatihurip, Ruang kelas 5A
6.      Jalannya wawancara
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Bagaimana keadaan murid ketika belajar di kelas?
Anak-anak ada yang aktif, pasif, dan juga nakal.
2.
Apakah data pribadi siswa masih lengkap?dan berapa jumlah murid kelas 5 ini?
Untuk data siswa masih lengkap, jumlah siswa kelas 5A ini ada 30 murid, kebetulan kelas 5 yang ibu pegang kelas 5A.
3.
Biasanya masalah belajar apa yang muncul yang dialami siswa kelas 5A ini?dan apa faktor penyebabnya?
2% ada anak yang suka bolos, tidak mengirim surat keterangan, lalu ada anak yang pendiam akademiknya pun kurang,dan setelah ditanyakan kepada orang tuanya memang keluarganya mengalami masalah perekonomian dan pendidikan yang kurang, lalu untuk anak yang bolos itu ternyata dia dari keturunan batak, dan terdapat KDRT yang dilakukan ayahnya. Ada juga masalah anak yang belum hafal rarabanperkalian padahal sudah kelas 5, terus disini juga kekurangan kelas yang mengakibatkan anak kelas 5 harus masuk siang dan mereka dari pagi sudah dating ke sekolah malah bermain dulu,pas masuk jadi capek. Dan untuk masalah anak yang pandai itu memang latar belakang keluarganya pun baik.
4.
Apa tindakan yang ibu ambil dalam menangani masalah tersebut?
Menghukum anak dan memberikan tugas tambahan, lalu jika masalahnya berat memanggil anak yang bersangkutan beserta orang tuanya untuk dilakukan bimbingan dan pemberian solusi, jika belum terselesaikan biasanya dirundingkan bersama guru lain dan kepala sekolah.
5.
Bagaimana hasil dari tindakan yang telah dilakukan?
Hasilnya alhamdulilah ada anak yang berubah, dan ada pula yang tidak berubah, orang tuanya sudah dikasih tau pun tetap saja seperti itu,karena masih ada orang tua yang membanding-bandingkan anaknya.
6.
Apa kesan dan harapan ibu selama mengajar di kelas 5A ini?
Yang Ibu harapkan anak-anak lulusan sini berhasil, membawa nama baik sekolah ini, dan kesannya pasti ada suka dan duka, ada juga marah, tapi ibu selalu senang karena bergelut dengan dunia anak itu menyenangkan.

Kesimpulan :
Jadi banyak masalah-masalah yang dialami oleh anak kelas 5, masalah-masalah tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai hal, dan sejauh ini guru selalu melakukan tindakan dalam menghadapi masalah yang muncul agar terjadi perubahan yang positif bagi anak didiknya.

B.     Jawaban dari Angket yang diberikan kepada murid kelas 5
No.
Nama Mata Pelajaran
Yang disukai
Jumlah
Yang tidak disukai
Jumlah
1.
IPA
14 siswa
IPS
2 siswa
2.
Matematika
5 siswa
Matematika
9 siswa
3.
SBK
4 siswa
B.Sunda
3 siswa
4.
B.Indonesia
4 siswa
B.inggris
2 siswa
5.


Pkn
2 siswa

Kesimpulan :
Menurut keterangan yang didapat, siswa yang menyukai mata pelajaran rata-rata itu karena pelajarannya mudah dimengerti, dan guru kelas yang menerangkan menyenagkan, dan untuk mata pelajaran yang tidak disukai rata-rata karena pelajarannya susah, dan guru menyampaikan materi itu membosankan.

C.    Wawancara bersama guru walikelas murid kelas 5A.
1.      Wawancara ke             : SDN Jatihurip, Kec.Sumedang Utara, Sumedang.
2.      Topik Pembahasan      : Keterlaksanaan Program BK di SDN Jatihurip
3.      Responden                  : - Kepala Sekolah ( Bapak Yuyus Nugraha, S.Pd. )
-          Wali kelas murid kelas 6 ( Ibu Lilis )
4.      Tanggal wawancara    : 5 November 2011
5.      Tempat                        : SDN Jatihurip, Ruang kelas 5A
6.      Jalannya wawancara
No.
Pertanyaan
Jawaban
1.
Adakah Program BK di SDN Jatihurip?
Kalau program BK secara khusus disini tidak ada, hanya BK itu di bawa oleh masing-masing guru kelas, karena tidak ada guru khusus BK
2.
Jika ada, program tersebut dibuat sendiri atau dari dinas?
Tidak ada program BK khusus yang diberikan oleh dinas, yang ada hanya Buku Catatan Bimbingan dan Penyuluhan saja (terlampir) dan ada di masing-masing wali kelas.
3.
Bagaimana pelaksanaan program tersebut?
Kebetulan keadaan sedang normal jadi tidak ada masalah yang dimasukkan ke agenda, berbeda dengan tahun lalu yang ada masalah jadi agenda terisi.
4.
Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program ini?
Ya tentunya kepala sekolah, guru, semua murid dan orang tua juga berperan dalam hal ini. Misalnya ketika ada masalah yang berat, tentunya orang tua yang bersangkutan diikutsertakan, juga pada rapat-rapat orang tua.
5.
Hambatan apa saja yang dialami dengan pelaksanaan program yang seperti ini?
Hambatannya ya karena dari dinasnya tidak ada, dan seharusnya ada tenaga ahli/khusus di bidang BK itu sendiri, namun kenyataannya tidak ada, jadi pelaksanaannya sedikit terhambat.
6.
Bagaimana respon dari pihak sekolah murid dan orang tua berdasarkan program ini?
Responnya dari semua pihak sangat baik, karena BK ini untuk kemajuan KBM juga.
7.
Perubahan apa yang terjadi dengan berjalannya program ini?
Alhamdulilah setiap masalah yang ada belum pernah diselesaikan sampai keluar, masalah dapat teratasi oleh pihak sekolah.

Kesimpulan :
Di SDN Jatihurip tidak memiliki Program BK khusus yang diberikan oleh Dinas kepada sekolah tersebut, sehingga pelaksanaan program BK hanya sebatas penindakan terhadap masalah-masalah belajar yang muncul saja, hanya menunggu munculnya masalah dari segi sikap buruk anak dalam belajar saja yang nantinya di catat dalam Buku Catatan Bimbingan dan Penyuluhan.