BELAJAR
A. Pengertian Belajar
Definisi atau konsep belajar selalu diartikan sebagai suatu prosess perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Berikut beberapa pengertian belajar menurut para ahli,
ü Skinner dalam bukunya “Educational Psychology”, ia berpendapat bahwa belajar adalah suatu prosess adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
ü Menurut Chaplin dalam “Dictionary of Psychology” membatasi belajar
dengan dua rumusan. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat dari latihan pengalaman. Kemudian belajar ialah prosess memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
dengan dua rumusan. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat dari latihan pengalaman. Kemudian belajar ialah prosess memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
ü Hin Zman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory, berpendapat bahwa, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
ü Wittig dalam bukunya Psychology of Learning, mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
ü Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi pengertian belajar dalam dua definisi. Pertama, belajar adalah prosess memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif lenggeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
ü Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif, institusional dan kualitatif. Secara kuantitatif (ditunjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai prosess “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Secara kualitatif (tinjauan mutu), belajar ialah prosess memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa.
Jadi, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan prosess kognitif.
B. Ciri-ciri Perilaku Belajar
Dalam perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Dan diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah :
1. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi adalah, pengalaman atau praktik atau latihan itu dengan sengaja dan disadari dilakukannya dan bukan secara kebetulan. Karaktetistik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan Positif dan Aktif
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Perubahan yang terjadi yaitu lebih baik dari apa yang telah ada sebelumnya. Perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena prosess kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3. Perubahan Efektif dan Fungsional
Bersifat efektif, yakni berhasil guna, artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam prosess belajar bersifat fungsional dalam artian bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila diperlukan, perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
a. sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang brfungsi menambah, memperluas, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi) , informasi yang telah doperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yabg lebih luas.
c. Fase evaluasi (tahap penilaian tertentu), seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap prosess belajar berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu :
a. Acquisition (tahapan perolehan/penerimaan informasi), seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan perilaku baru. Prosess ini merupakan tahapan mendasar. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya.
b. Storage (tahapan penyimpanan informasi), siswa akan secara otomatis akan mengalami prosess penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah.
c. Retrieval ( tahapan mendapatkan kembali informasi), pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
C. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Prosess Belajar
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam.
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa)
Faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni : a) aspek fisiologi (jasmaniah); b) aspek psikologis (rohaniah).
a) Aspek fisiologi
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangatdan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajari pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siwa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas, prosess informasi yang dilakukan oleh sistem memori (akal) menjadi terhambat.
b) Aspek psikologis
Faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, bahwa tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah intelegensi siswa,maka peluang untuk memperoleh kesuksesan makin kecil ; 2) sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dsb. Baik secara positig maupun negatif ; 3) bakat siswa, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu, karena bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang ; 4) minat siswa, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu ; 5) motivasi siswa, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah, motivasi yang muncul dari diri sendiri (intrinsik) akan lebih signifikan bagi siswa daripada motivasi yang bersumber dari orang lain(ekstrinsik).
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal siswa juga terbagi atas dua macam, yakni :
a. Lingkungan sosial, Lingkunga sosial sekolah, masyarakat dan tetangga, teman sepermainan dan keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa, dan yang paling mempengaruhi ialah lingkungan keluarga, orang tua dan keluarganya. Sifat-sifat orang tua, praktik keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.
b. Lingkungan nonsosial, ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan siswanya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa, faktor ini turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan prosess pembelajaran siswa. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar